Asrama Putra Nugraha

Rabu, 26 Oktober 2011

Mengenal Kita


 SEJARAH SINGKAT PESANTREN CIPULUS

Pesantren Cipulus pertama kali berdiri pada tahun 1840, didirikan oleh K.H Muhammad/ Ahmad Bin Kyai Nurkoyyim yang akrab dengan panggilan Ajengan Emed. Beliau adalah santri kesayangan Syeikh Maulana Yusuf Purwakarta yakni ulama dan pahlawan besar di Jawa Barat pada awal abad ke 19, Ajengan Emed adalah santri yang rajin, memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi, sehingga Beliau dapat dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh gurunya, baik ilmu agama maupun ilmu strategi perang dan ilmu-ilmu lainnya yang dibutuhkan dimasa itu.

Ketika Belanda gencar melakukan tekanan terhadap rakyat Indonesia, Beliau bertekad mendirikan pesantren dengan tujuan menghimpun para santri untuk menyebarkan agama Islam dan membantu meraih kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta.

Dengan bekal ilmu yang Beliau miliki pada tahun 1840 didirikanlah sebuah pesantren yang sederhana di wilayah bekas ibu kota Karawang, di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta sekarang.Pesantren tersebut di pimpin oleh Ajengan Emed hingga akhir hayatnya, setelah Beliau wafat pesantren tersebut diteruskan oleh K.H Nashir (1870-1900) K.H. M. Arief (1900-1920) Kyai Syu’eib (1920-1937) K.H. Masduki (1937-1942) dan K.H. Zaenal Abidin (1942-1957). Pada tahun 1957 pesantren ini sempat bubar karena adanya gangguan keamanan, pengacauan DI/TII sedang berkecamuk sehingga K.H Zaenal Abidin yang memimpin pesantren di masa itu menganggap perlu mengamankan diri demi menyelamatkan keberadaan pesantren dan para santrinya. Sebagian santri ada yang ikut mengungsi dengan gurunya dan ada pula yang ikut dengan saudara-saudaranya di kota lain yang dianggap aman.

Pada tahun 1963 setelah situasi aman, K.H ‘Izzuddin sepulangnya menunaikan ibadah haji berniat meneruskan perjuangan para leluhurnya dalam mengelola pondok pesantren. Beliau adalah putra dari K.H Syu’eib yang pernah memimpin pesantren tersebut pada periode 1920-1937. Dengan keinginan serta tekad yang kuat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui pesantren, maka didirikanlah rumah yang dilengkapi dengan langgar sederhana di atas tanah wakaf seluas 0,25 hektar di kampung Cipulus Kecamatan Wanayasa. Perkembangan pesantren tersebut sangat pesat terbukti dengan jumlah santri terus meningkat, bahkan sebagian masyarakat sekitar yang ingin menuntut ilmu di rumah tersebut tidak tertampung, melihat kenyataan itu kemudian dibuatlah asrama pondokan yang sederhana, tiang dari kayu seadanya dengan dilapisi dinding dari bambu yang dikerjakan oleh para santri dan dibantu oleh masyarakat setempat. Walau demikian, asrama yang sederhana itu untuk sementara cukup menampung para santri, selang beberapa tahun mesjid diperluas menjadi 0,50 hektar. Pesantren tersebut diberi nama “sukalaksana “ dan pada tahun 1975 atas saran para tokoh serta simpatisan nama pesantren sukalaksana diganti menjadi pesantren “Al-Hikamussalafiyah“ yang berarti pesantren yang mengikuti jalan ulama salaf. Dan sesudah wafatnya K.H ‘Izzuddin pada tahun 1999, tonggak kepemimpina Pesantren dipegang penuh oleh Syaikhuna Al-mukarrom KH.Adang Badruddin (Abah Cipulus) sampai sekarang. (Red.2011)